Menelusuri Jejak Galuh Kertabumi di Situs Gunung Susuru
Wisata Indonesia – SITUS Gunung Susuru di Kampung Bunder di Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis menyimpan asal usul yg sangat penting untuk Kabupaten Ciamis serta Kota Banjar.
Situs ini adalah patilasan dari kerajaan Galuh Kertabumi yg didirikan oleh Putri Tanduran Ageung, putri Raja Galuh Salawe yg bernama Sanghyang Cipta. Beliau menikah dengan Rangga Permana, keponakan Prabu Geusan Ulun, penguasa Kerajaan Sumedang Larang (lebih lanjut mengenai Silsliah Prabu Sanghyang Cipta baca: Kisah Tragis Adipati Panaekan).
kawasan ini adalah sebagai hadiah pernikahan dari sang ayah. kerana terletak di pinggir sungai Cimuntur, Rangga Permana, setelah itu dikenal sebagai Prabu Di Muntur di saat dilantik sebagai raja di tahun 1585 M. Beliau memerintah Kertabumi sampai tahun 1602 M yg setelah itu digantikan oleh putranya bernama Sang Raja Cita.
Benteng Kuno
Situs Gunung Susuru dibatasi oleh Sungai Cileueur di sebelah Selatan, Cungai Cimuntur di sebelah Utara, Patimuan di sebelah Timur serta benteng kuno di sebelah Barat. Patimuan adalah kawasan pertemuan dua sungai Cimuntur serta Cileueur.
Sedangkan benteng kuno, membentang melintasi desa dari sisi Cimuntur ke sisi Cileueur sepanjang kurang lebih 2 Km. Benteng kuno tersebut terbuat dari susunan batu setinggi 1 meter.
namun sayang, kondisinya kini tak utuh lagi. masyarakat yg membangun pemukiman di alurnya memanfaatkan batu buat pembangunan rumah. Sebagian lagi dipergunakan pembuatan jalan aspal. namun di beberapa tempat, pondasi ataupun strukturnya masih dpt dilihat walau kurang jelas.
Kembang Susuru
Disebut Gunung Susuru kerana di bukit tersebut banyak tumbuh kembang Susuru, adalah Sesuai kaktus yg hanya dapat tumbuh di sana. Konon, Susuru adalah tanaman yg menghiasi taman keraton Galuh Kertabumi atau dipergunakan juga tanaman/tanaman pagar keraton.
Sayang, saat ini tanaman/tanaman tersebut sudah punah. di tahun 60-an, masyarakat menggarap bukit tersebut serta menggantikannya dengan jagung. namun, itu hanya bertahan 15 tahun. selepas itu, jagung tak lagi tumbuh subur, perlahan Gunung Susuru ditinggalkan oleh masyarakat dalam kondisi gersang.
Saat dilaksanakan pengolahan oleh masyarakat tersebut, banyak ditemukan benda kuno, bagus yg berbahan tulang, batu, lahan liat, keramik, manik-manik ataupun dari besi. namun kerana pemahaman masyarakat mengenai nilai asal usul belum tumbuh, benda-benda tersebut banyak yg hilang, atau dijadikan jimat koleksi pribadi. Hanya sebagian kecil aja yg diserahkan kepada pemerintah.
Sisa-sisa temuan yg kini tersimpan diantaranya, fosil tulang serta gigi manusia, kapak batu, dua buah batu slinder, lumpang batu, batu korsi, menhir serta dolmen, batu peluru, piring serta poci keramik serta 3 buah keris dengan luk berbeda.
Lebih Tua dari Karangkamulyan?
Meski dikenal sebagai petilasan Kerajaan Kertabumi yg berdiri di abad XVI, namun berdasarkan peninggalan yg terdapat, Situs Gunung Susuru sebetulnya lebih tua dari itu. Bahkan diperkirakan lebih tua dari situs Karangkamulyan, atau minimalnya sejaman, adalah dari abad ke 7.
Dari hasil penelitian pakar dari Balai Arkeologi Bandung serta Pusat Penelitian serta Pengembangan Geologi Bandung, ditemukan tulang belulang binatang, gigi manusia yg mendekati fosil (sub fosil), serta pecahan gerabah di dalam gua.
Di areal situs yg luasnya 7 ha tersebut diperkirakan masih banyak terdapat peninggalan arkeologis yg belum diteliti. misalnya, batu tingkat yg ukurannya sangat besar, serta batu bergaris yg guratnya lebih dari seratus baris.
Punden Berundak
yg memikat, ternyata dengan cara Keseluruh Gunung Susuru adalah suatu punden berundak yg tersusun dari 17 tingkatan teras. Ini dibuktikan oleh tim peneliti yg menghitung tingkat atau teras berbalai batu dari kaki Gunung Susuru, bagus dari sisi Sungai Cileueur ataupun Sungai Cimuntur.
Diperkirakan Gunung Susuru adalah bekas suatu pusat ritual pemujaan jaman dulu. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya menhir serta dolmen.
terdapat 4 punden berundak yg susunannya masih utuh yg di sebut Batu Patapaan. Bahkan dolmen yg terdapat di Patapaan 4 diduga adalah sarkofagus (peti kubur batu) kerana saat dilaksanakan penggalian di bawahnya terdapat batu penyangga.
Bukti-bukti tersebut memperkuat dugaan Gunung Susuru adalah peninggalan dari kebudayaan megalit (kebudayaan besar). Sedangkan temuan berupa kampak batu, manik-manik, pecahan tembikar, adalah ciri zaman Batu Muda (Neolitikum) yg diperkirakan berkembang 1.500 tahun sebelum Masehi.
tak Cukup Sehari
buat dpt mengunjungi seluruh objek asal usul di Gunung Susuru tak cukup satu hari. makam Prabu Di Muntur aja lokasinya berjarak sekitar 2 km dari Gunung Susuru. Demikian pula bila ingin melihat Sumur Batu, wajib melintasi Sungai Cimuntur kerana letaknya di sebrang Gunung Susuru.
Sedangkan Sumur Taman yg khasiat airnya diyakini buat perjodohan terletak di perkebunan penduduk yg berbatasan dengan jurang Cimuntur. Belum lagi Curug Kamuning yg letaknya di tebing Cileueur serta bersebrangan dengan ujung Gunung Susuru.
Lokasi lainnya yg penting adalah bekas pemukiman penduduk serta pasar kuno di dekat makam Nyi Tanduran Sari (selir Prabu Di Muntur). Di tempat ini paling banyak ditemukan arang, keramik serta gerabah.
Tradisi Merlawu
masyarakat Kertabumi ternyata memiliki tradisi budaya yg bernama Merlawu. Ritual acaranya terdiri dari ngarekes, medar sajarah, serta susuguh.
Waktu penyelenggaraannya setiap bulan Rewah, Hari Senin atau di Hari Kamis terakhir di bulan itu dengan dipimpin oleh Aki Kuncen. Kegiatan tersebut adalah bentuk syukuran hasil panen masyarakat Kertabumi serta sekitarnya.
Konon tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1535, sekaligus sebagai warisan dari perilaku budaya masyarakat di Kerajaan Galuh Kertabumi yg masih tetap dipelihara sampai saat ini.
Referensi:
Tapak Karuhun Galuh Kertabumi di Gunung Susuru (1-3) oleh Pandu Radea